Tuesday, June 9, 2009

AL-Kindi

ABU YUSUF YA 'KUB BIN ISHAK AL-Kindi, atau sebutan populernya: al-Kindi, dikenal di Barat dengan nama al-Kindus. la adalah keturunan suku Kindah, Arab Selatan yang masyhur dan diabadikan oleh penyair Imru' al-Qays yang menyenandungkannya sebagai suatu perjalanan ke Byzantium yang jauh, lama sebelum datangnya Islam ke sana. Ayahnya adalah Gubernur Kufah di masa Khalifah al-Mahdi (775-785 M) dan ar-Rasyid (786-809 M) Di sanalah ia dilahirkan pada tahun 809 M, ketika ayahnya masih menjabat sebagai Gubernur. la lahir di tengah keluarga yang kaya akan informasi kebudayaan dan berderajat tinggi serta terhormat di mata masyarakat. Sebelum kepindahannya ke Basra untuk...
menuntut ilmu yang lebih banyak, ia telah menunjukkan kecakapannya dan minatnya yang amat besar terhadap ilmu pengetahuan, serta ketekunannya belajar sejak usia belia.

Waktu itu kota Basra sudah merupakan tempat persemaian gerakan intelektual dan pusat ilmu pengetahuan yang besar . Sebuah kota yang menjanjikan harapan bagi para penggumul ilmu. Ke sanalah al-Kindi menuju dengan maksud ikut lebih mendenyutkan gerakan tersebut. la lalu ke Baghdad dan menyelesaikan pendidikannya di sana.

AI-Kindi hidup selama masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, yaitu al-Amin (809-813 M), al-Ma'mun (813-833 M), al-Mu'tashim (833-842 M), al-Watiq (842-847 M) dan al-Mutawakkil (847-861 M). la diketahui mendapat perlindungan yang baik dari al-Ma'mun, demikian pula dari al-Mu'tashim yang bahkan mempercayakan anaknya, Ahmad, kepada al-Kindi. AI-Kindi meninggal dunia pada tahun 252 H/866 M (atau 873 M), suatu kematian yang sunyi. la memang pencinta kesenyapan dan kearifan.

Dalam sejarah hidupnya, di samping dikenal sebagai filsuf, juga amat masyhur namanya sebagai ilmuwan. (Perlu diketahui bahwa selama abad ke-9 M, al-Kindi termasuk salah seorang yang gemilang namanya dalam dunia ilmu kimia, begitu pula dalam disiplin ilmu fisika). Hanya saja kerapkali ia tidak konsisten dalam alam pikirannya, yang tidak analitis melainkan sintetis. Hal ini ternyata dapat dimaklumi karena di samping jalan pikirannya sering berubah-ubah, juga karena ia, oleh Prof. Ibrahim Madzkur, seorang sejarawan terkemuka, 'hanya' dianggap sebagai 'perata jalan'.


Ia memiliki perpustakaan pribadi"AI-Kindiyah" dengan sejumlah koleksi buku-buku, yang merupakan sumber informasi pengetahuan. Namun ia, oleh Franz Rosenthal, hanya dianggap sekadar mengungkapkan sajian fakta-fakta lama yang telah diketahui sehingga hanya memiliki jenis orisinalitas sekunder. AI-Kindi dalam karya-karyanya juga banyak menyoroti masalah logika dan matematika. Menulis ulasan-ulasan atas buku Aristoteles yang berbeda di antaranya berupa pengantar atau menulis tentang logika menurut pikirannya sendiri. Baginya, logika itu perlu buat persiapan sebagai seorang filsuf, kendatipun tidak terlalu penting dibandingkan dengan pentingnya matematika. Menurut al-Kindi, seseorang hendaknya jangan bercita-cita untuk mengetahui prinsip-prinsip pertama tentang segala sesuatu, tanpa menguasai matematika. Sebab penalaran matematis, baginya lebih fundamental dibanding logika.

Dalam karya-karya tulisnya, ia pun banyak membahas konsepsinya mengenai alam semesta, termasuk ide idenya tentang kosmologi, astrologi, astronomi, dan fisika. Dalam sistem al-Kindi, alam semesta tersusun berdasarkan sistem Aristoteles-Ptolemaios. Menurut al-Kindi, alam semesta terdiri dari sfera-sfera sepusat yang berputar sekeliling bumi yang tak bergerak. Di luar alam semesta ini tak ada kehampaan atau kepenuhan dengan benda. Pada pusat alam semesta itu juga terletak bumi yang dikelilingi langit yang di luarnya adalah sfera-sfera dari unsur-unsur yang sederhana. Dari bumi ke arah luar, diatur menurut kepadatan. Sfera-sfera ini adalah air, udara dan api. Pengaturan ini adalah sesuai alam fisis tiap unsur.


Alam bumi dan air bergerak ke pusat bumi, sedang alam udara dan api justru menjauhinya. Di samping itu, tiap unsur mempunyai dua sifat. Api bersifat panas dan kering, udara bersifat panas dan lembab, air bersifat dingin dan lembab, sedang bumi bersifat dingin dan kering. Dan empat unsur sederhana itu, bagi al-Kindi, berada di luar jangkauan hukum kehancuran, karena sifatnya yang tak dapat terbagi-bagi. Namun tidak seperti halnya Aristoteles dan Ptolemaios, ia yakin bahwa nasib terakhir unsur tersebut tetap berada di tangan Tuhan, yang akan membuatnya abadi selama la menghendaki demikian.


Sebagai seorang astrolog, ia juga banyak menulis mengenai subyek itu namun ia bukan ahli sihir dan tukang jampi-jampi yang suka memantrai nasib, karena astrologi pada masa itu sama halnya dengan astronomi yang berdasarkan atas observasi-observasi tertentu dan hukum-hukum yang disimpulkan darinya. Bahkan astrologi dianggap sebagai cabang filsafat. Dengan demikian, juga dianggap sebagai cabang ilmu pengetahuan. Apalagi anggapan ini didukung oleh suatu tradisi yang amat panjang dan oleh semua kelas masyarakat. Sangat lain dengan pengertian astrologi pada masa sekarang. Dan secara berarti, al-Kindi menganggap bahwa hal itu tidak bertentangan dengan ajaran Muhammad.


Dalam catatan biografi al-Kindi, " AI-Muntakhab", jelas menunjukkan bahwa ia merupakan orang pertama yang menjadi termasyhur di antara orang-orang Muslim di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan lainnya seperti tata bahasa, persajakan, ilmu kedokteran, seni, dan sebagainya. Ini merupakan keutamaan-keutamaan yang jarang sekali terpadu dalam diri seorang individu tunggal. Terjemahan-terjemahannya, koreksi-koreksinya terhadap berbagai terjemahan, ulasan-ulasan dan karya-karya aslinya sendiri menjadikannya sebagai penggerak ilmu pengetahuan untuk melangkah maju dan mencapai puncaknya sekarang ini. Dialah yang bertanggung jawab dalam memperkenalkan masalah-masalah metafisika, psikologi, etika serta pendekatan yang didasarkan atas metode logika dan ilmiah ke alam pikiran Muslim Arab.

Ia menjembatani kesenjangan yang ada antara penganut rasionalisme dan fundamentalisme, sekalipun dalam beberapa hal ia sendiri tidak sependapat dengan sebagian ahli. Misalnya dalam hal penggunaan matematika dan logika untuk membuktikan hipotesa-hipotesa terutama di bidang pengembangan dan pengkajian humanistis. Tapi terkadang ia dituduh melalaikan analisa, tidak logis dan tidak ilmiah. Seperti yang pernah dilakukan oleh Sa'id al-Qifty serta Abdul Latif al-Baghdadi, seorang doktor abad ke-12 M.

Tetapi di samping itu, ia juga banyak mendapatkan pujian. Gronimo Cardano misalnya, menganggapnya sebagai seorang pemikir paling cerdik dalam sejarah dunia. Atau Roger Bacon (1114-1249 M) yang memuji pengetahuannya di bidang optik. Juga Albert yang agung menjulukinya sebagai filsuf bangsa Arab, dan tak kurang Prof. Muhammad Abdul Hadi Abu Ridah menganggapnya sebagai pendiri filsafat Muslim Arab, filsuf sempurna, dan pemikir yang amat rasional. Dan dengan kegiatan-kegiatan ilmiahnya, ia dipandang sebagai seorang ahli astronomi dan ahli teknik. Kebanyakan tulisan-tulisannya memang menggarap ilmu-ilmu eksakta seperti matematika, geometri, astronomi, teknik, pengobatan, kimia, meteorologi, sferika dan ilmu pengetahuan lainnya. la menulis tentang optika, geometri, astronomi dan fisiologi, berdasar karya-karya Euclides, Heron, Ptolemy dan pengulasnya, Theon.

Dalam pengobatan ia mencoba untuk menetapkan bahwa efektivitas obat-obat campuran tergantung atas hubungan matematis antara bahan-bahan obat itu. Penjelasannya tentang warna langit yang biru memberikan perhatian yang besar. la juga memperlihatkan keaslian dan kebebasan berpikir dalam karya-karyanya.


Di dalam De Subtilitate-nya Gronimo Cardano mencatat al-Kindi di antara "viri subtilitate praestantes". la berbagi kehormatan yang sama dengan nama-nama besar seperti al-Khwarizmi, Ptolemy, Euclides, dan Aristoteles. Sedang dalam salah satu buku Roger Bacon, "Opus Magus" (editor R.B. Burke) Bacon menulis bahwa al-Kindi, seperti halnya Tideus, mengukuhkan bahwa penglihatan tidak pernah menentukan jarak antara penglihatan itu dengan obyek yang terlihat, ataupun ukuran dari obyek yang terlihat, atau kedudukan dan situasinya, kalau cahaya visual tidak lewat ke obyek yang terlihat dan tidak atas obyek itu, menangkap permukaannya serta mencakup ekstremitas-ekstremitasnya.


Dibanding dengan karyanya di bidang filsafat, sebenarnya karya-karya ilmiahnya dalam bidang ilmu pengetahuan eksakta jauh lebih banyak. Karena itu banyak peneliti yang menganggap al-Kindi hanya sebagai ilmuwan dan bukan seorang filsuf. Minatnya yang amat besar di bidang eksakta tak diragukan lagi. Kendatipun demikian kita tidak meragukan sumbangannya dalam merintis filsafat Muslim Arab. Sebuah jilid yang sangat berguna mengenai karya-karyanya terbit di Baghdad bertepatan dengan peringatan 1000 tahun al-Kindi yang diselenggarakan pada tahun 1962, dan dipersiapkan oleh Prof. Richard J .Mc Carthy, SJ. berjudul "at-Tasyanif al-Mansubah ila Faylasuf al-' Arab".


Sebagai karya-karyanya adalah sebagai berikut:


Bidang astronomi:

1. Risalah fi Masa'il Su'ila anha min Ahwal al-Kawakib, jawaban terhadap pernyataan-pernyataan tentang keadaan planet-planet.
2. Risalah fi Jawab Masa'il Thabi'iyyah fi Kayfiyyat Nujumiyyah, pemecahan soal-soal fisis tentang sifat-sifat perbintangan.
3. Risalah fi anna Ru'yat al-Hilal la Tudhbathu bi al-Haqiqah wa innama al-Qawl fiha bi at-Taqrib, bahwa pengamatan astronomis Bulan Baru tak dapat ditentukan dengan ketetapan mutlak.
4. Risalah fi Mathrah asy-Syu'aa, tentang proyeksi sinar.
5. Risalah fi Fashlayn, tentang dua musim (musim panas dan musim dingin).
6. Risalah fi Idhah 'illat Ruju' al-Kawakib, tentang penjelasan sebab gerak ke belakang planet-planet.
7. Fi asy-Syu'a'at, tentang sinar (bintang).


Meteorologi:

Terdapat tak kurang dari 15 buah yang dikarangnya tentang meteorologi. Di antaranya:
1. Risalah fi 'illat Kawnu adh-Dhabab, tentang sebab asal mula kabut. Ini telah diterbitkan dalam Rasa'il II: 76-8.
2. Risalah fi Atsar alladzi Yazhharu fi al-Jaww wa Yusamma Kawkaban, tentang tanda yang nampak di langit dan disebut sebuah planet.
3. Risalah fi 'illat Ikhtilaf Anwa'us Sanah, tentang sebab perbedaan dalam tahun-tahun.
4. Risalah fi 'illat allati 1aba Yabrudu 'ala al-Jaww wa Yaskhunu maqaruba min al-Ardh, tentang alasan mengapa bagian atas atmosfir tetap dingin sedangkan bagian lebih dekat dengan bumi tetap panas.
5. Risalah fi al-Bard al-Musamma "Bard al-' Ajuz", tentang dingin "si Nyonya Tua".


Ramalan:

1. Risalah fi Taqdimat al-Khabar, tentang prediksi.
2. Risalah fi Taqdimat al-Ma'rifah bi al-Ahdats, tentang ramalan dengan (mengamati) gejala (meteorologi).


Magnitude (besaran):

1. Risalah fi Ab'ad Masafat al-Aqalim, tentang besar- nya jarak antara (tujuh) iklim.
2. Risalah fi Istikhraj Bu'da Markaz al-Qamar min al- Ardh, tentang perhitungan jarak antara pusat bulan dan bumi.
3. Risalah fi Idhah Wujidan Ab'ad ma Bayna an-Nazhir wa Markaz A'midat al-Jibal wa 'Uluww A'midat al- Jibad, tentang bagaimana menghitung jarak antara seorang pengamat dan puncak gunung serta bagaimana menghitung ketinggian gunung.
4. Risalah fi Istikhraj Alat wa ' Amaliha Yustakhrai bi- ha Ab'ad al-Ajram, tentang konstruksi sebuah instrumen untuk menentukan besarnya obyek-obyek yang diamati.


Ilmu pengobatan:

1: Risalah fi 'illat Nafts ad-Damm, tentang hemoptesis (batuk darah dari saluran pernapasan).
2. Risalah fi Asyfiyat as-Sumum, tentang obat penawar racun.
3. Risalah fi 'iIlat al-Judzam wa Asyfiyatuhu, tentang penyakit lepra dan pengobatannya.
4. Risalah fi ' Adhat al-Kalb al-Kalib, tentang rabies.
5. Risalah fi 'iIlat Baharin al-Amradh al-Haddah, tentang sebab igauan dalam penyakit-penyakit akut.

Geometri:

1. Risalah fi ' Amal Syakl al-Mutawassithayn, tentang konstruksi bentuk garis-garis tengah.
2. Risalah fi Taqrib Watar ad-Da'irah, tentang perhitungan yang mendekati dari daftar tali busur-tali busur sebuah lingkaran.
3. Risalah fi Taqrib Qawl Arsyamidas fi Qadar Quthr ad-Da'irah min Muhithiha, tentang perhitungan teori Archimedes yang mendekati mengenai besarnya suatu diameter, yang diketahui dari kelilingnya.
4. Risalah Ishlah Kitab Uqlidis, tentang perbaikan buku Euclides.


Ilmu hitung:

1. Risalah fi Madkhal ila al-Aritmathiqi, suatu pengantar ke ilmu hitung.
2. Risalah fi al-Kammiyat, al-Mudhafah, tentang jumlah relatif.
3. Kitab fi al-Khalq an-Nusbiyah wa az-Zamaniyah, tentang mengukur perbandingan-perbandingan dan masa.
4. Risalah fi at- Tawhid min Jihat al-A'dad, tentang keesaan dari segi angka-angka.


Logika:

1. Risalatuhu fi Madkha al-Mantiq bi Istifa al-Qawl fihi, sebuah pengantar lengkap logika.

2. Risalah fi al-Ibanah 'an Qawl Bathlimayus fi al-Awwal Kitabihi al-Majithi 'an Qawl Aristhathalis Ji Analuthiqa, tentang penjelasan ulasan Ptolemy pada permulaan almagest, mengenai apa yang dikatakan Aristoteles dalam analitiknya.
3. Ikhtisar Kitab Isaghuji li Farfuris, sebuah ikhtisar Eisagoge Porphyry.


Sferika:

1. Risalah fi al-Kuriyat, tentang sferika.
2. Risalah fi Amalis Samiti 'ala Kurah, tentang konstruksi sebuah azimuth atas suatu sfera.
3. Risalah fi al-'Alam wa Kulluma fihi Kurisy Syakl, tentang bahwa dunia dan segala yang ada di dalamnya adalah sfera dalam bentuk.

Karya-karya yang disebutkan di atas hanyalah merupakan sebagian terkecil dari sekian banyak (ratusan) karya ilmiah al-Kindi. Sebagian karya tersebut masih dapat kita jumpai di perpustakaan-perpustakaan namun sebagian yang lain telah sulit untuk kita ketemukan, baik naskahnya yang asli ataupun terjemahan-terjemahannya yang tercakup dalam berbagai macam bahasa di dunia.

Salah satu sumber yang dapat dijadikan rujukan dalam usaha memperoleh keterangan tentang jumlah karya-karya al-Kindi adalah dari daftar karya tulis yang disusun oleh Ibnu an-Nadim. la mencatat tak kurang dari 242 buah karya al-Kindi, sedang sumber lain menyebutkan ada 265 buah, dan membaginya menurut pokok persoalannya menjadi: filsafat, logika, ilmu hitung, sferika, ilmu kedokteran, astrologi, polemik, psikologi, politik, meteorologi, ramalan, serta aneka ragam pokok masalah seperti tentang pedang-pedang, bagaimana membuat kaca jendela, kelas batu-batu mulia dan tiruan, kualifikasi batu mulia, tentang lebah, burung piaraan manusia, parium dan jenis-jenisnya, ilmu kimia wangi-wangian, tentang sebab aktif pasang surut, peringatan terhadap maksud ahli-ahli kimia, tentang serangga dan reptil, dan sebagainya. Dan yang penting dicatat di sini adalah bahwa naskah uraiannya tentang optik sangat berpengaruh terhadap Roger Bacon. salah seorang pengagumnya di dunia Barat.

Selain Ibnu an-Nadim, juga Ibnu Abi Ushaybi'ah serta Flugel dan al-Qifti dan lain-Iain. menjadi sumber informasi yang amat penting untuk karya-karya al-Kindi. Semua ini Menunjukkan betapa al-Kindi memiliki pengetahuan yang luas, dan dalam. Tentang saat meniggalnya ada beberapa pendapat. Tapi diperkirakan ia meninggal pada tahun 866 atau 870M / 252 H atau sekitar tahun-tahun tersebut.

0 comments:

Post a Comment